Tulisan Arab Dzikrullah

Tulisan Arab Dzikrullah

Ngopot.com - Tulisan Arab Dzikrullah adalah judul yang saya buat pada postingan kali ini. Sebagai tukang suwuk tentunya tidak terlepas dengan dzikir-dzikir yang diucapkan saat menyuwuk orang yang sedang terkena gangguan jin. Maka tukang suwuk ingin berbagi pengalaman tulisan dzikrullah beserta pengalaman-pengalaman dan pemikiran dengan menggunakan metode cocokologi.

Namun sebelum masuk ke pembahasan akan saya sampaikan dulu, karena ini sangat penting dan perlu diketahui. Dzikrullah adalah nama saudara saya. Iya sudah cukup tahu saja. Sekarang kita lanjut ke pembahasannya. Pembahasan yang sederhana tetapi penuh makna.

Jadi ketika menyuwuk seseorang ada 5 bacaan dzikrullah yang sering dibaca yaitu subhanallah, Alhamdulillah, la ilaha illallah, Allahu Akbar, La haula wala quwwata illa billah. Sebelum menyuwuk juga mengirim Surat Al-fatihah kepada Nabi Muhammad SAW, Syekh Abdul Qodir, Imam Ghozali, Wali songo, Raden Patah, Para alim ulama kyai.

Kemudian mengirim Alfatihah juga kepada orang yang sakit  sebagai doa agar segera di sembuhkan penyakitnya. Saya sendiri tidak tahu kenapa harus mengirim surat alfatihah kepada para ulama terdahulu, tetapi jika dipikir mereka pantas untuk didoakan karena amal kebaikannya yang sampai sekarang bisa kita rasakan manfaatnya.

Masalah ada runtutan sanad keilmuan saya kurang paham yang penting niat ngirim alfatihah ikhlas tanpa meminta imbalan apapun, bismillah niat menolong orang. Entah pada akhirnya sembuh atau tidak semua diserahkan pada Allah SWT.

Jika dilihat dzikir yang digunakan tidak aneh dan kita tidak asing dengan dzikir tersebut, dzikir yang dibaca setiap selesai sholat. Subhanallah adalah untuk men-sucikan Allah dari segala sifat yang tidak baik. Alhamdulillah adalah untuk bersyukur atas segala nikmat yang senantiasa tercurahkan ke dalam diri kita. Laa ilaha illallah adalah mengesakan Allah SWT, tiada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah SWT. Allahu Akbar adalah Allah Maha Besar. La haula wala quwwata illa billah adalah sebagai tawakkal kita bahwa tiada daya kekuatan apapun kecuali dari Allah SWT.

Tukang suwuk tidak pernah mendapatkan penjelasan ini dari Pak Yai, tapi mencoba mencari sendiri arti yang terkandung di dalamnya. Semua pengetahuan tentang suwuk disampaikan dengan sederhana tanpa adanya sesuatu yang dibuat rumit. Dan menerimanya pun mudah walaupun secara bertahap harus berpikir sendiri untuk mencapai poin inti dari pelajaran yang disampaikan.

Dari berbagai pengetahuan dan pengalaman yang disampaikan Pak Yai tidak ada yang aneh-aneh dan cenderung sangat-sangat mirip dengan ajaran yang disampaikan oleh Pak Yai lainnya. Namun ada hal yang ditonjolkan disini yaitu tawakkal. Dengan tawakkal inilah kekuatan besar justru akan datang, bahkan ilmu langkah seribu pun bisa di dapatkan.

Suatu ketika Pak Yai bercerita. Kalau ada orang yang ingin mengajak ribut, ada preman, dsb biasanya saya menggunakan ilmu langkah seribu. Serentak kamipun penasaran, apa yang dimaksud dengan ilmu langkah seribu, dalam bayangan kami adalah lari cepat seribu langkah dalam sekejap. Pak Yai melanjutkan ceritanya. "Langkah seribu yo mlayu." {Langkah seribu ya lari}. Serentak kamipun tertawa.

Banyak sekali cerita-cerita yang beliau ceritakan, dengan modal tawakkal kejadian aneh terkadang terjadi dengan sendirinya. Beliau memang dulunya adalah orang yang sakti mandraguna saat berada di pondoknya. Beliau mondok 20 tahun dan berpindah-pindah pondok di jawa tengah dan di jawa timur.

Setiap ilmu kesaktian beliau pelajari, sampai pada suatu ketika beliau bertemu dengan Kyai yang membuatnya kagum. Seorang kyai yang menurut kabar orang pernah bertemu di makkah padahal beliau tidak berhaji melainkan masih sibuk mengajar di pondoknya. Namun perilakunya sederhana, tidak ada sesuatu yang mengganjal dari perilakunya dan cenderung biasa-biasa saja.

Kyai tersebut mempunyai pondok dan mungkin kita tak pernah mengenalnya, namun ternyata kyai-kyai besar seperti Kyai Maimun Zubair ternyata sangat menaruh hormat kepada Kyai tersebut.

Dari mulai inilah berbagai ilmu kanuragan yang pernah dipelajari di pondok-pondok sebelumnya beliau hilangkan dan meniru sikap Kyai yang ia temui terakhir kalinya.

Biar mudah saya kasih inisial Kyai A dan Kyai B. Kyai A adalah yang mengajari saya dan Kyai B adalah yang mengajari Kyai A.

Jadi Kyai B orangnya sangat lemah lembut. Dalam mendidik santrinya menggunakan metode santai dan tidak mewajibkan santrinya menghafal ataupun lainnya. Jadi semuanya tergantung pada santrinya jika niat belajar maka akan mendapatkan ilmunya, dan jika tidak maka tidak mendapatkan.

Nah ternyata kyai A memperhatikan dari awal sampai akhir mencari tahu apa sih amal yang dilakukan sehingga mendapatkan karomah yang luar biasa. Ternyata ada beberapa amal yang sangat sulit untuk ditiru oleh orang pada ummumnya dari Kyai B. Di antarnya adalah suka bersedekah, santri yang mondok pondoknya diberi makan selama mondok.

Membantu orang yang membutuhkan yaitu ketika ada orang yang datang untuk hutang, maka dibantu. Suka memberi uang ke orang ketika bersalaman (jadi jika kita bertemu di jalan dan berjabat tangan, maka sudah dapat dipastikan akan mendapatkan uang selagi Kyai B membawa uang, dan uang yang diambil tidak dihitung, langsung diambil dan dikasih). Dan masih banyak lagi bentuk sedekahnya.

Anehnya beliau tidak bekerja. Rezekinya selalu mengalir walaupun terkadang kehabisan uang. Lantas uangnya dari mana? uangnya dari orang yang menginfakkan hartanya. Kyai A bercerita bahwa suatu ketika Kyai B ditemui oleh tamu yang membawa uang sekoper. Masya Allah. Selain itu Kyai B juga setiap pagi ke pasar, entah apa yang dilakukan di pasar. Namun menurut Kyai A dipasar juga ada orang yang menginfakkan hartanya.

Gambaran Kyai B adalah orang yang menerapkan prinsip-prinsip agama Islam dengan tekun. Sikap tawakkalnya yang luar biasa inilah yang membuat Kyai A luluh hatinya dan mulai melupakan semua ilmu-ilmu kanuragan dsb yang pernah beliau pelajari sampai sekarang pun yang diajarkan dan yang dijadikan rujukannya adalah Kyai B untuk mengajarkan ilmu suwuk ini.

Sampai sekarang saya pun tak tidak tahu apakah Kyai A belajar ilmu suwuk ini dari Kyai B atau tidak. Tetapi jika dilihat tidak ada kata-kata yang keluar dari Kyai A yang mengatakan bahwa beliau belajar suwuk dari Kyai B. Yang beliau sampikan hanyalah cerita-cerita yang memotivasi kami untuk terus bertawakkal dan menjalankan syariat agama Islam dengan baik dan benar.

"Ojo Aneh-aneh." Itulah perkataan yang sering beliau sampaikan.

Suatu ketika ada teman saya yang bertanya tentang ilmu-ilmu tenaga dalam kanuragan dan sebagainya. Beliau hanya bilang, "Wes seng biasa bae, ojo aneh-aneh." (Sudah yang biasa saja, jangan yang aneh-aneh). Beliau juga mengatakan bahwa semua ilmu kanuragan yang pernah beliau pelajari sudah dilupakan. Sekarang sudah tidak menggunakannya lagi semenjak bertemu dengan Kyai B.

Beliau juga menyampaikan semua ilmu yang pernah beliau pelajari saat itu adalah ada hubungannya dengan jin. Orang hebat bisa memukul jarak jauh, tidak mempan di bacok dsb, adalah bagian dari ilmu-ilmu yang ada hubungannya denga jin. Maka beliau melupakan itu semua.

Bahkan pernah bercerita kebingungan saat di mintai tolong oleh orang karena ada orang yang kesurupan. Beliau hanya pasrah dan mendatangi orang yang kesurupan dan hanya dibacakan ayat Alquran dengan izin Allah orang tersebut langsung sadar padahal sudah beberapa hari banyak dukun-dukun hebat yang mencoba menolong tetapi tidak sanggup.

Sangat banyak cerita Inspirasi yang beliau sampaikan. Mungkin jika di ceritakan bisa akan sangat panjang dan menjadi novel berjilid-jilid karena selama tidak kurang dari 3 tahun saya belajar di sana dengan mendengarkan cerita-cerita anehnya yang intinya adalah menjadi orang biasa yang tidak aneh-aneh.

Hal tersebut juga bisa membuat pikiran saya berbalik arah. Niat hati ingin belajar ilmu-ilmu semacam itu, dan yang saya dapatkan hanyalah cerita-cerita sederhana yang terkadang tak masuk akal yang inti pembahasannya adalah menjadi orang biasa. Dan menurut saya ini adalah ilmu tasawuf yang luar biasa, tidak menyulitkan dan juga tidak mudah juga untuk dilakukan jika masih menginginkan keindahan dunia yang penuh dengan pernak-pernik keremang-remangan.

Amalan yang di sarankan pun tidak macam-macam. Hanya dianjurkan untuk membaca sholawat sebanyak-banyaknya, membaca Alquran, melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya, dzikir, dan menjadi orang biasa (dalam artian tidak mempelajari ilmu yang aneh-aneh, cukup syariat saja yang diutamakan).

Wallahu A'lam.