Uang Bikin Mumet Pikiran, Jadi Jangan Dipikirkan

Gambar Orang Utan Pusing
Halo Bolo Ngopot.com dipostingan ini saya ingin berbagi tentang masalah uang, karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari uang. Untuk belanja, kita harus punya uang, untuk beli ini beli itu juga harus punya uang. Kalo nggak punya uang nggak bisa beli ini dan itu. Kata siapa?

Uang Bikin Mumet Pikiran, Jadi Jangan Dipikirkan

Ya benar, untuk membeli sesuatu pasti harus punya uang. Membeli disini dalam artian membeli yang kita kenal sehari-hari. Sedangkan dalam artian lain, secara lebih luas lagi, maka arti membeli tidak harus dikaitkan dengan uang. Membeli bisa jadi mendapatkan sesuatu tanpa menggunakan uang, misalnya membelinya dengan ilmu pengetahuan.

Arti Membeli dan Hubungannya dengan Uang

Tapi coba kita telusuri lebih lanjut apa itu arti membeli?

Menurut KBBI, Membeli artinya :
  • memperoleh sesuatu melalui penukaran (pembayaran) dengan uang. Contoh : Ibu pergi ke pasar untuk membeli beras dan sayur
  • memperoleh sesuatu dengan pengorbanan (usaha dan sebagainya) yang berat
Nah, dari pengertian tersebut, memang ternyata membeli ada dua pengertian yaitu yang pertama adalah denga uang dan yang kedua adalah melalui usaha tertentu. Jadi statement saya di atas bisa dibenarkan hehe..

Yes.. Jadi kita bisa simpulkan kalo uang bukan segalanya. Karena ternyata untuk membeli sesuatu tidak mesti harus menggunakan uang. Dan coba kita telusuri lebih lanjut dari sudut pandang yan berbeda, yaitu dari sudut pandang Agama, dalam hal ini saya menggunakan sudut pandang agama Islam.

Pengertian Rezeki dan Hubungannya dengan Uang

Jadi dalam agama, ada istilah rezeki. Apa itu rezeki?
Menurut Wikitionary Rezeki adalah :
  • segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah
  • (kiasan) penghidupan; pendapatan (uang dsb. untuk memelihara kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat makan
Ya. Jadi rezeki adalah segala sesuatu yang dapat memelihara kehidupan di dunia seseorang sampai pada masanya ditentukannya hari ajalnya. Jadi setiap sesuatu yang menguntungkan bagi kehidupan seseorang adalah rezeki dari Tuhan semesta Alam. Baik itu rezeki yang di peroleh dengan cara baik maupun tidak. Rezeki baik menjadikan sebuah kebaikan, dan rezeki yang tidak baik akan memperburuk keadaan (tidak berkah bahkan menjadi alasan seseorang masuk neraka).

Nah rezeki adalah salah satu bukti juga bahwa uang bukan segalanya, karena uang hanyalah bagian dari rezeki. Uang tidak akan ada jika rezeki tidak ada, tetapi rezeki tetap ada sekalipun uang tidak ada. Jadi jangan terlalu berpikir sempit bahwa akan Anda akan mati tanpa uang.

Memang di kehidupan sekarang semuanya butuh uang, bahkan ada istilah politik uang. Jabatan dibeli dengan uang, dsb. Hal tersebut sebenarnya termasuk ke dalam orang yang terjerumus dalam politik pragmatis. Inginnya cepat dan praktis tanpa memikirkan kualitas diri sendiri. Mereka terlalu menuhankan uang sehingga menghilangkan Tuhan dari pikirannya.

Konsep Rezeki dalam Islam yang Bikin Kamu Ketakutan

Baiklah biar lebih menguatkan lagi bahwa kita jangan sampai terlalu pusing memikirkan uang untuk mencukupi kebutuhan, sekarang kita bahas dulu tentang konsep rezeki dalam Islam. Dengan mengetahui konsep rezeki ini saya berharap dapat mengingatkan pembaca pada umumnya dan pada diri saya sendiri pada khususnya.

Dikutip dari konsultasisyariah.com Konsep Rezeki dalam Islam adalah sebagai berikut :
Semua makhluk rizkinya telah dijamin oleh Allah. 
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا 
"Tidak ada satupun yang bergerak di muka bumi ini kecuali Allah yang menanggung rizkinya. (QS. Hud: 6).
Konsep yang pertama adalah adanya jaminan rezeki dari Allah SWT. Artinya kita yang hidup di dunia ini pasti sudah dijatah rezekinya. Jadi jangan galau dan pusing memikirkan uang. Namun demikian kita juga dituntut untuk berusaha untuk mendapatkan rezeki tersebut yaitu bekerja. Bekerja apa saja boleh selagi itu halal. 
Setiap jiwa tidak akan mati sampai dia menghabiskan semua jatah rizkinya. Sehingga siapapun yang hidup pasti diberi jatah rizki oleh Allah sampai dia mati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ ، فَلا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ ، اتَّقُوا اللَّهَ أَيُّهَا النَّاسُ ، وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ ، خُذُوا مَا حَلَّ ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya, karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat dan bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian manusia. Carilah rezeki dengan baik, ambil yang halal dantinggalkan yang haram.” (HR. Baihaqi dalam sunan al-Kubro 9640, dishahihkan Hakim dalam Al-Mustadrak 2070 dan disepakati Ad-Dzahabi)
Di dunia ini Allah SWT juga memberi kuota rezeki bagi setiap makhluknya. kita tidak akan mati sebelum jatah rezeki kita habis. Jadi semakin banyak rezeki yang kita dapatkan semakin cepat pula kita mati. Maka, berbagi rezeki itu penting dan dapat menunda kematian (wallahu a'lam).
Hakekat dari rizki kita adalah apa yang kita konsumsi dan yang kita manfaatkan. Sementara yang kita kumpulkan belum tentu menjadi jatah rizki kita.
Dalam hadis dari Abdullah bin Sikhir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِى مَالِى – قَالَ – وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ

Manusia selalu mengatakan, “Hartaku… hartaku…” padahal hakekat dari hartamu – wahai manusia – hanyalah apa yang kamu makan sampai habis, apa yang kami gunakan sampai rusak, dan apa yang kamu sedekahkan, sehingga tersisa di hari kiamat. (HR. Ahmad 16305, Muslim 7609 dan yang lainnya).

Nah konsep yang ketiga ini perlu kita sadar bahwa ternyata rezeki adalah yang kita manfaatkan untuk kepentingan pribadi dan yang kita rasakan sendiri. Dan yang kita sedekahkan, yang hilang, yang ketinggalan, itu bukanlah rezeki kita. 

Jadi misalnya kita mengumpulkan uang banyak, mengumpulkan harta apa saja yang ada di dunia ini, itu belum tentu semuanya adalah rezeki kita, jadi tetap ada rezekinya orang. Ya bayangkan saja misal kita punya banyak rumah, terus uang triliunan, apakah kita mau menghabiskannya sendiri? tidak mungkin kan?

Terlebih lagi di dalam Islam juga ada yang namanya zakat. Zakat inilah yang wajib dibayarkan. Jadi sekalipun mungkin kita bisa menghbiskan semua harta yang kita kumpulkan tetap saja akan ada harta yang harus dan wajib kita keluarkan yaitu zakat.
Kita akan dihisab oleh Allah untuk semua yang kita usahakan. Tak terkecuali semua pemasukan yang kita dapatkan. Meskipun belum tentu kita akan memanfaatkannya.
Allah berfirman,
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian, pada hari kiamat itu, sungguh kalian akan ditanya tentang kenikmatan.” (QS. at-Takatsur: 8).

Konsep yang kelima ini benar-benar menyadarkan saya sendiri akan ngerinya pertanggungjawaban yang akan di pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Jika kita melihat konsep yang sebelumnya maka ini adalah sebuah risiko dari orang yang memiliki harta banyak, karena semua hartanya akan dipertanyakan, sedangkan harta yang dikumpulkan adalah belum tentu rezekinya.

Jadi coba dipikirkan lagi jika bolo ngopot ingin kaya, pingin sugih, kui dipikir. Pikirkan untuk apa harta yang kita harapkan tersebut. Apakah akan memberikan manfaat bagi banyak orang, atau justru merugikan. Salah dalam mengelolanya akan menjadi kerugian dan kengerian di hari hisab nanti. Tapi, jangan jadikan konsep ini sebagai alasan kowe kismin lan uripe serba njalok-njalok karo liane.
Prestasi manusia tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dia miliki, tapi dari seberapa banyak dia bisa memberikan manfaat bagi umat.
Ada sebuah hadis yang menyatakan,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

“Manusia yang paling dicintai Allah, adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (at-Thabrani dalam as-Shaghir, 862 – majma’ zawaid 13708)
Melihat masa sekarang, maka mungkin sebagian sisi kehidupan atau bahkan sebagian besar masyarakat tidak sesuai dengan konsep ini. Masyarakat lebih memandang prestasi sesamanya dengan ukuran hartanya. Mereka selalu memandang kesuksesan seseorang dari sisi kekayaannya. Kekayaan seseorang dipandang sebagai prestasi tertinggi sebuah kesuksesan. Mereka selalu memandang orang yang punya banyak mobil itu sukses, orang yang tabungannya banyak itu sukses, orang yang bisa beli ini beli itu sukses, orang yang kebutuhannya serba tercukupi bahkan berlimpah ruah itu sukses, dst.

Namun ternyata berbanding terbalik dengan konsep rezeki dalam Islam. Kesuksesan seseorang dilihat dari seberapa manfaatnya ia terhadap lingkungannya, bagi keluarganya, bagi saudara-saudaranya, dsb. Itulah prestasi kesuksesan tertinggi menurut Islam. Jadi jangan terlalu sibuk mengejar harta karena ternyata harta adalah salah satu cara untuk memberi manfaat bagi orang lain, yang ternyata ketika kita terlalu sibuk mencari harta, uang, justru mengabaikan orang lain.

Yes.. Sudah tercerahkan belum kira-kira?

Uang bikin mumet kan?

Makanya jangan dipikirin. Yang penting usaha dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak mengabaikan faktor manfaatnya, agar benar-benar menjadi orang yang sukses berprestasi yang menurut agama adalah prestasi yang sebenar-benarnya karena dicintai oleh Allah SWT.

Saya kira artikel di atas cukup mencerahkan. Namun mungkin akan muncul pertanyaan-pertanyaan, salah satunya adalah : bagaimana caranya bersungguh sungguh dalam berusaha tetapi tetap memperhatikan unsur manfaatnya? Nah kalo masalah ini mungkin akan saya bahas di postingan selanjutnya. 

Tapi sedikit bocoran saja, tips untuk menjadi wirausaha yang sukses adalah dengan memegang hadits Nabi SAW di bawah ini

رُوِيَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِعْمَلْ لدُنْيِاكَ كأَنَّكَ تَعِيشُ أَبَداً واعْمَلْ لآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تموتُ غَداً

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash z bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Beramallâh (bekerjalah) untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beramallâh untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok.”

Demikianlah curhatan yang tentang Uang Bikin Mumet Pikiran, Jadi Jangan Dipikirkan. Semoga bisa sedikit mencerahkan bagi para pemburu uang karungan tapi gagal maning gagal maning soon.

Related Posts



0 Balasan Ngopot:

Post a Comment